Isi buku ilmu dakwah responsif gender ini paling tidak memuat pokok-pokok
utama yang berkaitan langsung dengan aktivitas dan mekanisme dakwah di tengah
masyarakat;
Pertama: Komunikator: Dai dan Daiyah. Dakwah selama ini masih
didominasi oleh kaum laki-laki, semestinya harus diberikan ruang publik yang seluasluasnya bagi kaum perempuan untuk mengambil peran sebagai daiyah di komunitas
mereka masing-masing, bahkan di komunitas yang lebih mengglobal. Agar kesan
terhadap Dai hanya milik kaum laki-laki. Sudah eranya kaum perempuan untuk
tampil ke ruang publik secara massif, agar lebih produktif peran strategisnya dalam
membantu memberdayakan kaum perempuan.
Kedua: Mitra Dakwah: Mad’u-Maduwah: Sasaran dakwah yang paling esensi
adalah masyarakat yang semestinya dipahami secara bijak dalam segala hal. Apalagi
dalam melihat kondisi riil masyarakat dakwah dikelilingi oleh aneka problematika,
mulai dari pertama, problem teologis dalam bentuk ateisme (praktis), politeisme dan
okultisme. Kedua, problem moral mulai dari penyalahgunaan kewenangan, korupsi
yang merajalela, tindakan kriminalitas, kemaksiatan, sehingga pelanggaran normanorma kesusilaan. Ketiga, problem kejiwaan (psikologis) dalam bentuk dislokasi,
yaitu perasaan tidak mendapat tempat dalam masyarakat. disorientasi, yaitu perasaan
tidak mampu dan mengetahui arah dan masa depan yang akan dilalui, dan
disharmoni, yaitu perasaan putus asa yang dapat mengganggu keseimbangan
seseorang (hopeless).
Ketiga: Maddah: Materi Dakwah yang ramah lingkungan sosial.
Sumber utama materi dakwah berupa Al-Quran dan Hadist sebagai teks
tertulis. sifat teks adalah suatu statis dan dapat diberi makna. Makna sebuah teks
tergantung dari siapa yang membacanya, Para pembaca teks sendiri bukanlah ruang
kosong melainkan telah memiliki kerangka referensi (frame of reference) yang tidak sama satu sama lain. Oleh karena itu pemahaman teks dapat berubah sesuai dengan
konteksnya. Sifat konteks adalah dinamis dan selalu berubah. Konteks terbatas pada
hukum ruang dan waktu. Konteks masa lalu,saat ini dan akan datang tidak akan sama.
Begitu pula konteks suatu tempat atau daerah selalu berbeda dengan daerah lainnya.
Namun demikian perubahan konteks tersebut tidak menjadikan perubahan teks ayatayat Al-Quran yang tertulis dalam mushaf Utsmani sampai saat ini tidak mengalami
perubahan sama sekali. Demikian pula hadis-hadis nabi telah dibukukan juga tidak
mengalami perubahan dan bersifat orisinal. Dalam proses pemaknaan Al-Quran dan
Hadist dipengaruhi oleh latar belakang pemaknanya, banyak ditemukan pemahaman
pemahaman yang bias gender. Karenanya dalam memperkuat metodologi keilmuan
dakwah yang berperspektif gender, pemilihan materi dakwah yang mendukung
pemahaman tentang kesetaraan gender perlu dielaborasi sebagai materi dakwah yang
disampaikan kepada mitra dakwah.
Keempat: Metode dan Media Dakwah yang akomodatif
Metode dakwah unsur yang paling strategis untuk menyebarkan visi,misi
keagamaan yang ramah lingkungan dan responsif gender, begitu juga wasilah dakwah
atau media dakwah adalah instrumen yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang
menghubungkan antara dai-daiyah dan mad’u-maduwah. Pada prinsipnya dakwah
dalam tataran proses, sama dengan komunikasi, maka media pengantar pesan pun
sama.
Kelima: Atsar Dakwah: feedback dakwah dalam mewujudkan kesetaraan
gender.