Dakwah merupakan segala aktivitas yang mengubah segala sesuatu menjadi lebih baik dengan berlandaskan Al-Qur’an. Dakwah juga sebagai upaya menegakkan ajaran Islam dengan maksud amar ma’ruf nahi mungkar. Di era modern seperti sekarang ini, tentunya banyak metode dakwah yang perlu dipahami oleh pelaku dakwah dalam menyampaikan pesan dakwah kepada objek khalayak umum. Seorang pelaku dakwah hendaknya memilih metode dan media yang tepat sesuai kondisi lapangan. Dakwah pastilah berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Beberapa inovasi harus dilakukan untuk menunjang dan memperlancar proses dakwah, seperti contoh berdakwah dengan media lagu. Lagu sangatlah efisien untuk dijadikan sebagai media dakwah, karena pengaruh lagu sangatlah besar. Musisi Ahmad Dhani sebagai pencipta lagu “Satu” melalui bait syair sering menggambarkan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta atau istilah jawanya yakni “manunggaling kawulo gusti”. Penelitian ini bertujuan untuk merepresentasikan dan mencari nilai dakwah keislaman yang terkandung dalam syair lagu “Satu”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan menggunakan teori semiotika Roland Barthes untuk menganalisis lirik melalui tanda-tanda dan menghasilkan suatu makna. Dari hasil analisis peneliti mengenai lagu “Satu” yaitu, tersimpan makna yang mendalam tentang nilai-nilai Islam sufi atau tasawuf Uluhiyah, Rububiyah dan Asma’ Wa Shifat. Dapat disimpulkan bahwa syair lagu “Satu” tersirat makna tentang ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya, yang dikemas rapi dalam serat makna, serat tripama dan tan keno kinoyo ngopo oleh nalar pendengar, penikmat bahkan pecinta musik relgius ini. Maka, hasil observasi peneliti mengenai lagu karya Ahmad Dhani ini, peneliti berharap menjadi translator tentang makna lagu yang mengandung unsur sufistik yang di kemas dalam bait tasawuf ini.
Representasi, nilai dakwah, syair lagu Satu